
SEM Bikin Laris? Coba Tinjau Ulang Jika Konversimu Masih Rendah
- Rinto Vigo Matheus Hardianto
- June 30, 2025
Search Engine Marketing (SEM) kerap dianggap sebagai solusi instan untuk mendatangkan penjualan. Dengan strategi berbayar seperti Google Ads, banyak bisnis berharap akan langsung “banjir order”.
Tapi realitanya tak selalu demikian.
Sudah pasang iklan, budget jalan terus, impresi tinggi, klik banyak namun konversi tetap rendah.
Kalau kamu mengalami hal serupa, bisa jadi masalahnya bukan pada SEM-nya, tapi strategi dan eksekusinya.
Artikel ini akan membedah kenapa SEM tidak otomatis bikin laris, dan apa saja yang perlu ditinjau ulang ketika hasil yang didapat belum sesuai harapan.
Banyak marketer pemula berpikir, “asal iklan jalan, pasti laku.” Padahal, SEM hanya bertugas membawa orang ke website atau landing page.
Yang menentukan mereka membeli atau tidak, adalah:
Seberapa meyakinkan isi halaman?
Seberapa mudah proses checkout atau pengisian form?
Apakah trust sudah dibangun?
✅ Tinjau kembali apakah landing page kamu sudah mengarah pada konversi, bukan hanya tampil menarik.
Kalau konversi rendah, mungkin kamu mengarahkan iklan ke orang yang belum siap membeli.
Misalnya:
Menargetkan kata kunci informatif, bukan transaksional
Tidak menyaring lokasi, usia, atau perangkat
Mengabaikan search intent
✅ Gunakan kata kunci dengan niat tinggi beli (seperti: beli, harga, promo) dan segmentasi yang lebih tajam.
Ini berarti iklanmu menarik perhatian, tapi halaman tujuannya tidak relevan atau tidak memenuhi ekspektasi.
Orang mengklik, tapi cepat pergi karena tidak menemukan apa yang mereka cari.
✅ Cocokkan isi iklan dengan konten di halaman secara langsung dan spesifik.
Kalau kamu membayar per klik tapi tidak ada hasil nyata, maka:
Either target audiensmu salah
Atau kamu belum punya penawaran yang cukup menggoda
✅ Cek apakah value proposition dan CTA kamu sudah kuat. Jangan hanya mengandalkan kata “diskon” jika penawarannya biasa-biasa saja.
Fakta pahitnya: SEM yang asal jalan justru bisa jadi beban biaya, bukan mesin penghasil omzet.
Apalagi jika kamu:
Tidak rutin optimasi kampanye
Tidak tahu performa keyword mana yang efektif
Tidak mengukur cost per acquisition (CPA)
SEM butuh monitoring ketat, eksperimen A/B, dan keterkaitan dengan strategi brand & funnel.
Kalau tidak, kamu hanya membayar untuk lalu lintas, bukan penjualan.
Baca juga artikel kaim lainnya tentang: Kapan Waktu yang Tepat untuk Menggunakan SEM dalam Strategi Bisnis?
SEO yang sukses tidak hanya dibangun dengan ilmu teknis, tapi juga sentuhan seni dan kepekaan naluri.
Kamu bisa mengikuti semua aturan, tapi tanpa storytelling yang menyentuh dan respons yang cepat terhadap tren, hasilnya akan biasa saja.
Sebaliknya, terlalu mengandalkan insting atau estetika tanpa fondasi data, justru membuat strategi SEO rapuh.
Ilmu mengarahkan, seni menyentuh, dan insting mempercepat langkah. Itulah mengapa SEO yang holistik harus menyatukan ketiganya.
Hubungi tim Gleamore untuk audit SEM dan optimasi landing page yang benar-benar bisa mengubah klik jadi konversi.