
Sudah Split Test Tapi Tetap Boncos? Mungkin Masalahnya Bukan di Iklan Google
- Rinto Vigo Matheus Hardianto
- August 2, 2025
Split test atau A/B testing adalah salah satu strategi utama dalam optimasi Google Ads. Tapi bagaimana kalau sudah diuji berkali-kali—copy, visual, bahkan landing page—tetapi hasilnya tetap mengecewakan? Bisa jadi masalahnya bukan lagi di iklannya. Mari kita bongkar di mana titik lemah sebenarnya.
Banyak marketer hanya mengutak-atik iklannya: ganti headline, ubah CTA, gonta-ganti gambar. Tapi mereka lupa mengevaluasi konteks yang lebih luas, apakah penawarannya benar-benar menarik? Apakah market-nya sudah tepat?
Contoh: Kamu bisa saja punya iklan terbaik untuk produk premium, tapi jika menyasar pasar yang sensitif harga, hasilnya tetap boncos.
Google Ads hanya bisa mengarahkan traffic. Tapi yang “menjual” adalah halaman tujuan. Kalau halamanmu lambat, membingungkan, atau kurang meyakinkan, tidak peduli seberapa bagus iklanmu. konversi tetap minim.
Baca juga artikel kami lainnya tentang: Posting Banyak Bukan Strategi! Sosial Media Butuh Narasi, Bukan Sekadar Kuantitas
Split test gagal juga bisa karena kamu belum punya proposisi nilai yang jelas. Apa alasan kuat seseorang harus membeli produk/jasamu, dibanding kompetitor?
Cek seluruh jalur user: dari klik iklan → masuk landing page → CTA → checkout/formulir → follow-up. Cari titik-titik friksi.
Split test tidak akan berhasil kalau penawarannya lemah. Tinjau kembali apakah produk, harga, atau bonus yang kamu tawarkan benar-benar kompetitif dan relevan.
Split test memang penting, tapi bukan satu-satunya solusi. Banyak kasus boncos bukan karena iklannya buruk, tapi karena strategi bisnis di belakangnya lemah. Lihat lebih luas: dari penawaran, target audiens, sampai kualitas landing page.
Tim Gleamore Digital Solution siap bantu audit dan optimasi strategi digital marketing kamu, bukan hanya dari sisi iklan, tapi menyeluruh dari ujung ke ujung.